Jumat, 16 Agustus 2024

Menyiapkan Prosiding Konferensi

Masukan yang dicatat, saya perhatian baik2. Apa maksud dari masukan ini. Beberapa masukan ada yang saya konfirmasi ulang pasca kolokium 2. Agar tidak salah interpretasi dengan saran yang disampaikan.
Saya sangat memperhatikan masukan yang diberikan. Penambahan data dan narasi di pembahasan. Menyesuaikan alur pembahasan agar lebih mudah dipahami dan perbaikan substansi yang lain. 

Sambil proses perbaikan ini yang memakan waktu lama, saya coba melihat tahapan selanjutnya, yaitu Sidang Tertutup. Ini yang paling berat. Kalau di jenjang sarjana biasanya disebut pendadaran atau sidang komprehensif. Setelah berkomunikasi dengan pihak pengelola, ternyata syaratnya adalah harus memiliki prosiding seminar Internasional. Wah... ini perlu energi. 

Saya coba komunikasi terus dengan pihak pengelola kampus. Dan sebelum seminar, saya harus ikut konferensi dulu. Saya coba cari informasi terkait konferensi ilmiah. Saya bertanya kepada teman doktor yang baru lulus, yaitu Dr. Erna. Dia dosen di Politeknik Pertanian Samarinda. Kebetulan dia satu angkatan saat kuliah sarjana Fakultas Kehutanan. Saya diskusikan kendala saya. Teman saya ini sangat baik. Dia berikan masukan termasuk jurnal internasional yang bisa dipakai. Saya juga bertanya teknis konferensinya bagaimana. Apa yang perlu disiapkan dan clue taktis saat seminar. Bukan hanya dia yang saya tanya. Beberapa orang juga saya tanya. Kebetulan saya punya teman di dekanat. Dr. Erwin. Ini sangat spesial, selain satu angkatan sarjana. Doktor yang satu ini juga teman satu kost di Samarinda. Jadi sangat nyaman. Dia memberikan gambaran jurnal2 yang potensial untuk dicoba.

Tentu saya juga konsultasi ke promotor saya terkait jurnal ini. Beliau juga menawarkan jurnal untuk di submit. Karena beliau punya link di beberapa universitas nasional.

Saya juga cek2 di jurnal yang ada di Google Scholar, teman2 yang lain. Pokoknya semua jalur dihubungi. Termasuk teman kantor dan mitra kerja. Memang beberapa staf YKAN adalah lulusan Doktor, bahkan banyak lulusan luar negeri. 

Setelah berbagai macam pilihan dan pertimbangan, akhirnya saya dapat di dua universitas. Pertama di Universitas Borneo Tarakan (UBT) dan Universitas Papua Manokwari. Secara tidak sengaja, saya mendapat informasi dari Facebook, ada rencana konferensi internasional di UBT. Saya cek ke pengelola konferensi. Ternyata teman saya di Tarakan. Namanya Dr. Ratno. Dia dosen di UBT dan sangat produktif. Gayung bersambut. Saya diminta untuk buat draft jurnal dan submit. Kebetulan tema konferensinya tidak jauh dari tema disertasi saya. Alhamdulillah.

Untuk yang Universitas Papua, saya dapat flyer. Saya lupa awalnya. Akhirnya saya hubungi pengelola. Ternyata konferensi ini sangat bergengsi. Bahkan bisa offline ke Papua. Serta ada opsi ke Raja Ampat. Wah keren. 

Saat yang sama saya juga berkomunikasi dengan pengelola, apakah kedua acara ini memenuhi syarat sidang tertutup. Alhamdulillah aman.

Saya buat 2 draft jurnal dan submit. Sengaja saya memilih dua kampus ini, karena memperbolehkan penyampaian makalah secara online. Walaupun panitia juga menyediakan untuk hadir offline. Sengaja saya submit di 2 konferensi. Namanya ikhtiar kan tidak selamanya lancar. Terkadang ada saja hambatannya. Untuk itulah saya mengambil opsi yang lebih besar. Siapa yang cepat prosesnya itu yang saya ambil. Saya cuplik output disertasi saya sebagai bahan jurnal. Untuk judul jurnal dan isinya, saya konsultasi ke para promotor, karena nama mereka akan dimasukan menjadi penulis 2, 3 dan 4. Karena saya penulis pertama.

Belajar Mendeley

Nah, dalam program doktor ini, saya harus mendapatkan surat diterimanya draft jurnal sebelum konferensi atau jurnal (Letter of Acceptance, LOA). Biasanya reviewer-nya sangat teliti dan detail. Salah satunya syarat daftar pustaka yang harus up to date dan menggunakan aplikasi mendeley. Sebuah alat bantu mempermudah sitasi referensi. Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, saya harus membaca setiap jurnal dan memasukan dalam aplikasi mendeley yang saya install di laptop. Ini memudahkan sebenarnya bagi yang sudah familiar. Awalnya saya kesulitan menggunakan aplikasi ini. Tetapi karena terus dicoba, akhir sangat membantu.

Alhamdulillah setelah beberapa waktu draft jurnal diterima. Sambil jalan, saya juga terus melaporkan perkembangan draft disertasi saya ke para promotor.

Konferensi ilmiah
Akhirnya saya mendapatkan LOA dari UBT. Dan dipersilakan untuk mengikuti konferensi. Saya ingat saat konferensi di UBT. Saat itu bersamaan dengan kedatangan tamu YKAN dari luar negeri dan rapat di sebuah sebuah hotel. Padahal saat yang sama saya mengikuti konferensi. Mengatur waktunya sangat sulit sebenarnya. Akhirnya saat break out room, saya terpaksa harus meninggalkan sebentar acara kantor untuk menyampaikan makalah. Alhamdulillah lancar. Saya dapat sertifikat sebagai pembicara. Sertifikat ini sangat penting bagi dosen seperti saya. Khususnya untuk pengusulan jabatan fungsional (jafung dosen) dan sertifikasi dosen. 
Beberapa waktu kemudian, saya hadir lagi dalam konferensi di Universitas Papua. Tetap online... Alhamdulillah. Nah kali ini, saya bisa mengatur jadwal agar bisa fokus mengikuti konferensi secara online. Nah, peserta yang lain tidak ada yang saya kenal. Karena se Indonesia. 

Di kedua konferensi ini sebenarnya waktunya tidak lama untuk presentasi. Mungkin antara 5 sampai 10 menit saja. Tetapi semua berbahasa Inggris. Walau kurang begitu fasih, saya coba dengan segala kemampuan. Alhamdulillah semua lancar. Karena bahan presentasi dalam bahas Inggris juga. Jadi memudahkan. 

Untuk Universitas Papua ini, draft saya diproses lebih lanjut. Sangat ketat. Kelihatannya, kampus ini bekerja sama  dengan reviewer profesional. Koreksi draft jurnal prosiding sangat detail. Bahkan sangat banyak catatannya. Untungnya, pihak pengelola membuat whatsapp grup untuk diskusi. Ada juga teman2 yang ikut konferensi tetapi draft-nya tertolak. Iya. Mereka sangat profesional. Dan tentu memakan waktu dalam proses review, editing dan draft final.

Di samping itu, prosesnya juga memerlukan biaya. Tapi menurut saya, sangat wajar dan tidak besar serta jelas peruntukannya. Pengelola menyampaikan secara terbuka. Yang lebih sensitif yaitu masalah plagiasi. Mereka memiliki sistem yang bisa melacak plagiasi sebuah draft jurnal. Memang ini penting, di era yang serba online ini, praktik plagiasi bisa marak. Dengan kemudahan kecerdasan artifisial (AI) membuat penulis cukup mencuplik atau copy paste jurnal orang. Alhamdulillah, draft saya di bawah standar. Artinya saya tidak melakukan plagiasi. 

Terus terang saya senang dengan mekanisme ini. Tetapi juga agak riskan. Karena berpotensi tidak diterima oleh reviewer. Padahal kita kejar-kejaran dengan waktu. Alhamdulillah. Jurnal prosiding saya diterima. 
Tibalah saatnya untuk proses sidang tertutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar