Dari 4 tujuan penelitian, dua diantaranya saya lebih banyak mengambil data sekunder. Memang sebelumnya saya sudah siapkan saat pra kolokium. Jadi hanya menambah data terbaru. Saya terbantu dengan banyaknya mitra pembangunan yang memiliki kegiatan di mangrove Berau. Isu mangrove memang sangat menarik. Di satu sisi memiliki banyak fungsi (ekonomi dan ekologi), ekosistem mangrove merupakan kawasan yang rentan (fragile) terhadap intervensi.
Kondisi biodiversitas dan pengelolaannya saya dapatkan dari beberapa kajian ilmiah. Di samping itu, sebelumnya saya memang sering berkunjung ke 3 lokasi ini. Baik saat bekerja maupun kegiatan lain. Jadi sudah punya gambaran.
Cari data primer
Selain data sekunder, saya juga mengambil data primer ke lapangan. Berdiskusi dengan beberapa narasumber, diskusi santai untuk verifikasi data sekunder maupun mengambil data responden untuk kuesioner.
Saat itu, kondisi Covid sedang tinggi dan mematikan. Saya terbantu dengan teman2 yang bekerja sebagai pejuang SIGAP untuk mengambil data responden. Saya siapkan segmentasi responden, jumlah responden, stratifikasi responden, formulir kuesioner dan data pelengkap lainnya. Secara online saya bimbingan mereka untuk mengambil data di lapangan.
Saya terus pantau kerja mereka secara online. Yang paling penting adalah kesesuaian responden, keterwakilan segmentasi, sebaran wilayah responden termasuk gender. Agar lebih mudah, saya juga bantu buatkan link Google Form agar bisa diisi dari lokasi. Dari aplikasi ini memudahkan saya untuk analisis data.
Saat yang bersamaan saya juga tetap mencari jurnal2 tambahan yang sesuai. Saya berusaha setiap pernyataan hasil analisis diupayakan ada penelitian empiris sebagai pembanding. Macam2 aplikasi yang saya pakai untuk mencari referensi. Dari Google Scholar, perpustakaan online, laporan online para mitra, skripsi atau tesis online. Saya upayakan disimpan dlm 1 folder.
Working from home
Saat itu, kantor saya diterapkan sistem working from home (WFH). Kelihatannya sangat membantu. Alhamdulillah. Tetapi justru banyak kegiatan online yang harus dikerjakan. Terus terang saya tidak bisa fokus mengerjakan disertasi. Walau banyak waktu, bahan sudah tersedia, saya masih belum bisa membuat draft laporan penelitian. Saya sering ter-distract bila ada kegiatan lain. Padahal kalau mau menulis disertasi harus fokus.
Akhirnya kondisi covid sudah menurun walaupun kebijakan social distancing tetap diterapkan. Saya kembali masuk kerja dengan penerapan social distancing yang super ketat. Di kantor disiapkan macam2. Hand sanitizer, profil cuci tangan dan lainnya. Alhamdulillah. Tetapi karena di kantor, saya tidak bisa menolak tamu. Padahal kantor masih ditutup. Saya berusaha ketat dalam berinteraksi. Di kantor2 pemda masih banyak yang menerapkan social distancing yang ketat. Termasuk tempat ibadah. Terus terang saat itu, saya belum bisa menulis disertasi.
Positif covid
Sekuat2nya menjaga diri, ternyata akhirnya jebol juga. Hanya karena masalah yang sepele. Suatu saat, ada teman yang datang dari luar daerah. Saya tidak menemuinya, karena beda ruangan. Setelah beberapa saat, saya sempat bertemu hanya sebentar. Tidak duduk bersama. Kemudian saya meninggalkan dia. Teman saya ini melanjutkan perjalanan keluar daerah. Karena harus bebas covid, dia harus tes di klinik. YKAN sangat ketat terkait hal ini. Nah, hasil tesnya ternyata positif. Informasi positif sampai ke manajemen. Semua karyawan yang berinteraksi wajib dites. Termasuk saya.
Terus terang saat covid, saya tidak pernah terkena. Jadi belum pernah merasai bagaimana sakitnya.
Saat saya tes di hari itu juga, ternyata hasilnya negatif. Alhamdulillah. Saya tetap bisa berinteraksi. Biasa aja. Tanpa ada masalah apapun. Tetapi pihak kantor meminta saya harus memastikan di hari kelima. Agar betul2 negatif. Saya bekerja biasa. Sekali lagi, tanpa ada gejala apapun. Akhirnya di hari kelima, saya tes dan ternyata positif.
Akhirnya saya harus di karantina. Karena tidak ada gejala, saya di karantina di kamar. Selama 14 hari.
Saya lapor ke Puskesmas via media center. Dan mendapat arahan serta beberapa suplemen. Dari kantor pun saya mendapat suplemen dan vitamin.
Selama karantina inilah akhirnya saya bisa buat draft disertasi. Ternyata di balik musibah ada berkah. Dalam kondisi sehat tapi tidak bisa keluar kamar. Kebetulan keluarga di Tarakan. Saya terkena di Berau. Sedih juga sih. Tapi, alhamdulillah. Saudara di Berau sangat perhatian. Termasuk teman2 kantor yang support.
Dibalik musibah ada berkah
Selama 14 hari berada di kamar inilah akhirnya rampung draft disertasi. 14 hari non stop tanpa jeda. Iya... karena tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali fokus pada disertasi. Walau sesekali ada juga urusan kantor.
Memang pekerjaan yang paling sulit adalah analisis data dan pembahasan. Ini memerlukan konsentrasi, sulit bila distract. Alhamdulillah saya tuntaskan draft ini.
Alhamdulillah juga. Setelah hari ke 14, saya sudah sehat dan diperbolehkan tidak karantina. Plong rasanya. Memang sedih selama 14 hari di kamar terus. Yang sangat sedih adalah saat mendengar azan shalat 5 waktu. Kebetulan kamar saya sangat jelas mendengar azan dan saya tidak bisa jamaah di masjid. Saya upayakan tetap shalat tepat waktu dan shalat rawatib. Allah Maha Tahu terkait hal ini.
Terkena covid lagi
Akhirnya saya bisa bekerja normal. Kondisi kantor mulai berangsur normal. Pekerjaan jua sudah mulai lancar. Pertemuan offline sudah mulai banyak. Alhamdulillah. Tapi justru inilah, saya sedikit melupakan menulis disertasi. Pekerjaan sudah mulai banyak lagi. Saya sempatkan juga pulang ke Tarakan.
Setelah semua normal, suatu hari saya terserang batuk2 atau agak pilek. Suara agak berat. Dan coba2 tes covid. Ternyata positif. Saya bingung juga darimana terkena. Karena memang saat itu social distancing sudah mulai longgar, jadi interaksi sudah mulai cair. Teman kantor juga agak terkejut. Karena belum ada sebulan dianggap sehat, kok bisa kena lagi. Akhirnya saya kembali harus istirahat 14 hari, karantina. Waktu yang lama, karena pekerjaan sudah mulai banyak. Tapi apa boleh buat. Sekali lagi, YKAN sangat ketat dengan kondisi seperti ini. Kali ini memang kondisi agak beda. Kalau di awal, saya sama sekali sehat. Terkena kedua ini kondisi saya agak kurang nyaman. Mungkin karena batuk dan pilek.
Setelah 14 hari akhirnya saya kembali sehat dan bisa bekerja normal kembali. Alhamdulillah
Saat positif covid kedua itu pun saya berkomunikasi dengan Promotor untuk perbaikan draft. Banyak yang perlu diperbaiki. Tetapi format disertasi sudah terbentuk. Iya... karena saya sesuaikan dengan panduan penulisan disertasi yang dikeluarkan oleh kampus. Beberapa kali perbaikan, akhirnya sudah saatnya mengusulkan untuk seminar hasil penelitian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar