Minggu, 18 Agustus 2024

Teluk Sulaiman. The East of Borneo. Kampung yang memiliki warisan geologi di Kabupaten Berau

Dr. Gunawan Wibisono 
Dosen Universitas Muhammadiyah Berau 

Berjarak 6 jam dari Ibukota Berau, Tanjung Redeb ke Teluk Sulaiman. Jaraknya sekitar 250 km an ke arah pesisir selatan. Kampung ini sangat indah.
Bila kita berada di Pelabuhan  Kapal, banyak tertambat perahu wisata yang mengantarkan wisatawan ke Sigending. Sebuah wisata mangrove yang memanjakan mata. 

Kampung Teluk Sulaiman adalah satu dari 6 kampung di Kecamatan Biduk-Biduk. Awalnya kampung ini bagian dari Kampung Biduk-biduk yang dimekarkan menjadi 3. Yaitu Biduk-biduk, Teluk Sulaiman dan Giring-giring.

Sebelum dikenal dengan nama “Teluk Sulaiman”, orang menyebutnya “Teluk Lamo” atau “Teluk Silimau”. Penamaan tersebut dikarenakan lokasi ini ditumbuhi banyak pohon jeruk atau lemo atau silimo dalam bahasa setempat.

Istilah “Teluk Sulaiman” juga berasal dari nama dari mandor yang membuka kebun untuk bercocok tanam bernama Bapak Sulaiman. Sulaiman merupakan seorang pengembara dari Kalimantan Selatan yang mencari penghidupan dengan membuat kebun bercocok tanam padi, palawija dan sayuran. Penamaan itu dilakukan orang para penjajah Belanda yang berada di lokasi tersebut karena Bapak Sulaiman merupakan tokoh penting pendiri kampung. 

Setelah masa penjajahan berakhir, para pendatang yang mayoritas dari suku Bajau mulai masuk ke Teluk Sulaiman. Tahun 1960-1970-an, para pendatang yang mayoritas dari suku Mandar dari Sulawesi mulai berdatangan dan memiliki kemampuan di bidang pertanian, membuat perahu layar serta berdagang.

Kampung Teluk Sulaiman memiliki luas wilayah 8.560,93 hektare yang berbatasan di sebelah utara dengan Kampung Giring-Giring, sebelah timur Selat Makassar, sebelah selatan Kampung Teluk Sumbang dan sebelah barat dengan Kabupaten Kutai Timur.

Jumlah penduduk Kampung Teluk Sulaiman tahun 2021 yaitu 1.551 jiwa dengan 385 Kepala Keluarga yang terbagi dalam enam RT. Secara umum, mata pencaharian masyarakat adalah nelayan, petani, guru, tenaga medis, pedagang, pegawai pemda dan lain-lain. Kondisi ekonomi masyarakat Kampung Teluk Sulaiman secara umum terdiri dari rumah tangga yang berpenghasilan sedang dan miskin, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor non formal, nelayan dan petani.

Suku Bajau merupakan penduduk asli yang mendiami Kampung Teluk Sulaiman, sedangkan pendatang mayoritas Suku Mandar dan Suku Bugis. Penduduk mayoritas pemeluk agama Islam (99%) karena pembauran diantara penduduk asli dan kaum pendatang telah berlangsung lama.
Kampung Teluk Sulaiman memiliki kawasan berupa pulau yang didominasi mangrove yang terletak di kawasan Sigending. Kawasan hutan mangrove Sigending di bagian depan bersifat terbuka (berada di daerah yang berhadapan dengan laut dan langsung terkena atau terpengaruh pasang surut), terutama pada sempadan muara Sigending yang memiliki lebar ± 600 meter. Pada daerah ini banyak tumbuh jenis Api-Api (Sonneratia alba dan Avicennia alba). Kedua jenis ini tumbuh tidak terlalu luas, karena di belakang kedua jenis tersebut sudah ditumbuhi mangrove asosiasi seperti Mengkulang (Heritiera sp.) dan Daruju (Acanthus ilicifolius), serta vegetasi daratan seperti spesies Kimeng (Ficus microcarpus), Ara Jejawi (Ficus retusa) dan beberapa jenis rotan, aren, serta pakis haji. Distribusi spesies tersebut diduga berkaitan dengan kondisi tanah yang terbentuk dari endapan air pasang yang tertahan oleh batu karang. Pada daerah delta yang terbentuk oleh endapan lumpur di sekitar Sungai Asam dan Sungai Buaya Kecil, banyak ditumbuhi oleh jenis Tancang (Bruguiera gymnorrhiza). Spesies ini sebenarnya banyak dijumpai di daerah mangrove bagian tengah sampai dalam pada daratan utama, tapi yang terjadi di kawasan Sigending, spesies ini justru dijumpai pada daerah delta. Diduga pada awalnya delta tersebut berada di kawasan dalam Sigending, akan tetapi karena tingginya pasang surut air laut dan besarnya aliran air dari Sungai Asam dan Sungai Buaya Kecil, sehingga terjadi erosi tanah dan mengendap pada delta yang letaknya di tengah-tengah kedua sungai tersebut.

Mangrove asosiasi yang tumbuh di dataran atas kawasan mangrove Sigending antara lain Dungun Laut (Heritiera littoralis), Jeruju (Acanthus ilicifolius), Malapari (Pongamia pinnata), Pandan Duri (Pandanus tectorius), Ambung (Derris trifolia), Bintaro (Cerbera manghas), dan Kambingan (Finlaysonia maritime). Spesies tersebut tumbuh subur di daerah yang terkena pasang tinggi atau daerah yang dekat dengan daratan. Hal yang menarik di kawasan ini adalah tumbuhnya jenis-jenis dari famili Palmae seperti aren dan 3 jenis rotan (rotan Semambau, rotan Lilin, dan rotan Klulut) serta satu jenis pakis haji yang mendominasi daerah-daerah dekat dataran. Pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum) yang biasanya tumbuh pada daerah ini tidak dijumpai sama sekali, sedangkan jenis pohon Tambu (Xylocarpus sp) sangat berlimpah pada kawasan peralihan ini.

Di kawasan hutan mangrove dan hutan dataran rendah di Sigending, Teluk Sulaiman ditemukan total 26 individu yang termasuk dalam 22 spesies, 11 famili dan 5 ordo. Jenis-jenis mamalia tersebut ditemukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan sebanyak 14 spesies, sedangkan hasil dari informasi dan wawancara dengan masyarakat yang sering keluar masuk hutan didapatkan informasi 8 spesies mamalia. Tiga famili dengan jumlah spesies yang mendominasi adalah Cercopithecidae, Viverridae dan Cervidae.

Sebaran habitat Bekantan (Nasalis larvatus) di kawasan bentang darat (landscape) manggrove Teluk Sulaiman terdapat di 5 lokasi. Sebaran habitat ini diduga berkaitan dengan aktifitas mencari makan, dimana umumnya bekantan memilih daun Gigi Gajah (Aegiceras sp.) dan Lenggadai (Bruguriea sp.) sebagai makanannya. Karakteristik kawasan hutan mangrove Sigending yang merupakan daerah peralihan hutan hujan dataran rendah dan pulau-pulau karang dengan daratan yang sambung-menyambung sampai di tepi laut merupakan akses bagi mamalia untuk mencari makan.
Yang sangat menarik, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM, di Kampung Teluk Sulaiman memiliki sebuah warisan geologi (geosite) yang bernama batu gamping formasi Tabalar. Batugamping klastik dengan jenis wackstone-grainstone yang merupakan bagian dari blok karst tabalar di Pegunungan Tendehhantu dan termasuk dalam formasi tabalar yang berumur eosen akhir - oligosen awal. Batugamping ini dipengaruhi oleh struktur berarah baratlaut-tenggara dan menghasilkan sebuah lipatan antiklin dan kekar pada batu. Batugamping ini membentuk sebuah bentang alam karst pada pegunungan Tendehhantu 

Geosite ini memiliki makna dari aspek ilmiah sebagai bukti dari proses pembentukan bentang alam karst yang dipengaruhi oleh struktur geologi. Dari aspek estetika berupa keindahan bentang dari terbentuknya bentang karst yang terlipat akibat aktifitas tektonik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar