Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh alhamdulillahirobbilalamin Allahumma sholli ala Muhammad wa ala Muhammad
Read more >>
Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena diberikan karunia, hidayah untuk berada dalam gerakan dakwah ini dan itu sesuatu yang harus kita syukuri. Dalam perjalanan dakwah ini, kita berupaya untuk terus-menerus melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, mengajak kepada kebaikan sebanyak-banyaknya, orang kita seru untuk berbuat baik. Ini semua karunia yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita.
Allah memilih kita untuk melakukan tugas ini. Ya, karena rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita.
Sekali lagi kita harus bersyukur karena dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala berada dalam perjuangan ini. Sebagai bentuk syukur,mata perlu memperkuat taqarub kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun demikian, tugas beliau sebagai juru dakwah diwariskan kepada para sahabat, diwariskan kepada tabiin, kemudian tabiit tabib sampai ke kita. Tugas itu memang tidak mudah.
Yang menjadi penting adalah tugas ini tidak akan mungkin bisa terlaksana dengan baik, kalau sebagai juru dakwah, aktivis dakwah tidak memiliki pemahaman yang cukup. Pemahaman Itulah sebenarnya yang menjadi syarat utama sebuah pergerakan dakwah.
Kalau kita melihat ayat yang pertama diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Surat Al-alaq. Iqro... Iqro... itu berarti bagaimana kita berupaya untuk memahami.
Di fase dakwah Makkiyah, pemahaman yang paling penting itu adalah terkait dengan Allah sebagai Rabb atau pemahaman rububiyah, makanya di sini fokusnya adalah tentang aqidah. Proses itu terus dirawat melalui pembinaan yang beliau lakukan di rumah Arqam bin Abil Arqam. Tidak mudah memang. Kemudian itu juga dilanjutkan dalam fase dakwah Madinah. Sehingga proses belajar Iqro itu tidak berhenti walaupun proses dakwahnya terus berjalan.
Jadi tidak ada istilah bagi kita tarbiyah itu berhenti. Tarbiyah itu madal hayah, terus berlanjut. Makanya bagi seorang dai, seorang mubaligh misalnya, tidak boleh merasa cukup dengan ilmunya. Dia harus banyak mendengar, banyak menerima nasehat, banyak membaca, banyak berdiskusi, agar dia cukup untuk menyampaikan ilmunya ke orang lain. Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang dia miliki.
Terenyuh juga di di negeri ini. Walaupun memang negara kita adalah religius tetapi sedih juga maraknya judi online. Mungkin salah satu penyebabnya karena pemahaman umat yang mungkin masih lemah sehingga mereka tidak terlalu berkomitmen dengan Islam. Komitmen untuk implementasi Islam ini yang mungkin menjadi PR kita bersama.
Untuk itulah, kita tidak bisa juga menyalahkan siapapun. Kita harus berupaya dari diri kita dulu, untuk tetap berada di jalan orang-orang yang memberikan penyadaran orang-orang yang tersebut. Mengajak orang sebanyak-banyaknya untuk kembali kepada Islam, untuk kembali kepada komimen dengan Islam, untuk melaksanakan Islam.
Walaupun kita tetap tidak boleh juga menjadi hakim yang memvonis orang itu salah atau tidak. Ingat. Kita bukan menghakimi. Tetapi tugas kita adalah mengajak sebanyak-banyaknya. Kita bisa ngajak mereka pengajian, ke majelis taklim, ke tabligh'tabligh yang ada di masjid atau di manapun supaya tergerak hatinya untuk bisa mengenal Islam, memahami Islam. Tentu juga kita berharap untuk komitmen dengan Islam.
Itulah tugas kita. Pembinaan kader itu menjadi penting karena kader itulah yang menjadi aktor dari aktivitas ini, aktor dari perjuangan dakwah ini. Siapa lagi kalau bukan kita. Maka yang perlu kita tanyakan adalah apakah hari ini kita sudah berada di jalan itu, apapun lembaganya, apapun jamaahnya. Yang penting, apakah kita sudah berniat untuk mengajak semua orang ke dalam komitmen Islam.