Tahapan islahul nafs merupakan bagian pertama dan menjadi pondasi penting dalam proyek peradaban. Hal ini merujuk
Read more >>
Minggu, 12 Januari 2025
Kamis, 09 Januari 2025
Workshop Monitoring Mangrove bagi Pengelola Desa
Bertempat di Taman Mangrove Tepian Sambaliung dilaksanakan praktik dari workshop Monitoring Mangrove. Kegiatan ini dilaksanakan berkat kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup dan YKAN. Dengan melibatkan KPH, Kelompok Kerja Mangrove Berau, DPMK, Tim FCPF, BRGM serta UMB
Read more >>
Di samping itu, workshop ini juga melibatkan 5 kampung yaitu Kampung Semanting, Suwaran, Pegat Batumbuk, Karangan dan Tabalar Muara. Kelima kampung ini memiliki kelompok yang diberi amanah untuk mengelola mangrove. Setiap kampung mengutus 4 orang. Selain kepala kampung, diikuti juga para anggota pengelola mangrove.
Dalam workshop ini, diperkenalkan terkait pemantauan mangrove melalui website Global Forest Watch untuk mengetahui dinamika tutupan lahan. Dalam praktik workshop diperkenalkan juga aplikasi Monitoring Mangrove (Monmang). Dalam praktik ini, aplikasi monmang ini yang dicoba diaplikasikan. Untuk proses Monitoring ini disiapkan alat praktik yaitu handphone, tali rafia, meteran sederhana, alat pengukur salinitas, sepatu boots, tiang kayu.
Dalam praktik, peserta dibuat menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7 orang lebih. Pembagian kelompok berdasarkan kampung dan diikuti peserta dari perwakilan yang lain.
Setiap kelompok membagi tugas bagi pesertanya yaitu bagian pemegang handphone yang membuka aplikasi monmang. Ada juga yang membuat plot pengamatan seluas 10 x 10 meter menggunakan tali rafia dan patok kayu. Setiap sudut plot diberi patok kayu dan diambil koordinat dan dimasukan dalam aplikasi monmang.
Dalam workshop ini, diperkenalkan terkait pemantauan mangrove melalui website Global Forest Watch untuk mengetahui dinamika tutupan lahan. Dalam praktik workshop diperkenalkan juga aplikasi Monitoring Mangrove (Monmang). Dalam praktik ini, aplikasi monmang ini yang dicoba diaplikasikan. Untuk proses Monitoring ini disiapkan alat praktik yaitu handphone, tali rafia, meteran sederhana, alat pengukur salinitas, sepatu boots, tiang kayu.
Dalam praktik, peserta dibuat menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 7 orang lebih. Pembagian kelompok berdasarkan kampung dan diikuti peserta dari perwakilan yang lain.
Setiap kelompok membagi tugas bagi pesertanya yaitu bagian pemegang handphone yang membuka aplikasi monmang. Ada juga yang membuat plot pengamatan seluas 10 x 10 meter menggunakan tali rafia dan patok kayu. Setiap sudut plot diberi patok kayu dan diambil koordinat dan dimasukan dalam aplikasi monmang.
Dalam plot dilakukan beberapa pengamatan, yaitu jumlah pohon. Pohon-pohon diukur keliling setinggi dada dengan meteran. Dihitung juga jumlah tanaman semai yaitu tanaman yang tingginya di bawah 1.5 meter. Semua jenis tanaman yang ada dalam plot dihitung semua.
Dihitung juga jumlah sampah-sampah yang ada.
Selain itu dilakukan juga pengukuran kanopi mangrove. Hal ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi monmang dengan mengaktifkan fitur kamera kanopi. Cara yang dilakukan adalah mengambil foto kanopi yang ada.
Selain itu dilakukan juga pengukuran kanopi mangrove. Hal ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi monmang dengan mengaktifkan fitur kamera kanopi. Cara yang dilakukan adalah mengambil foto kanopi yang ada.
Anggota juga mengambil sampel lumpur yang ada. Kemudian dipegang dan dirasakan. Apakah lumpur itu "lumpur berpasir" atau "pasir berlumpur" atau hanya "berpasir". Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas tanah mangrove atau kesuburannya. Yang paling ideal adalah kategori lumpur berpasir, karena tanaman mangrove sangat menyenangi habitat itu.
Semua data itu, dimasukan dalam aplikasi monmang dan teranalisis sendiri. Hal ini sangat membantu untuk mengetahui kualitas mangrove.
Setelah proses pengambilan data dalam plot, peserta berkumpul untuk saling evaluasi. Di samping itu, setiap kelompok diminta untuk presentasi hasil pengukurannya. Aplikasi monmang ini bisa diinstall melalui playstore dan relatif mudah. User nya bisa menggunakan akun Google-mail yang ada di handphone masing-masing. Jadi tidak terlalu sulit. Diharapkan para pengelola mangrove bisa menggunakan aplikasi ini dan membuat plot pengamatan di masing-masing lokasi kampungnya. Biasanya pengambilan data bisa dilakukan per 6 bulan atau bisa lebih cepat lagi, misalnya per 3 bulan. Sekali lagi kalau ini bisa dilaksanakan, ini bisa memberikan gambaran terkait dinamika kualitas mangrove. Dengan data itu, pengelola bisa mengambil tindakan dan merencanakan pencegahan atau penanganan akibat perubahan data hasil pengukuran di plot yang ada. Plot ini dianggap perwakilan dari mangrove yang ada.
Setelah itu, workshop dilanjutkan dengan pengenalan peluang perdagangan karbon. Narasumber menyampaikan potensi karbon sebenarnya cukup potensial untuk dikelola. Walaupun ini adalah pilihan terakhir. Banyak potensi dalam hutan (mangrove) yang ada. Seperti potensi kayu (timber), hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan dan lainnya. Peserta juga dikenalkan dengan referensi stock karbon sebagai baseline. Untuk mengetahui karbon, dikenalkan juga istilah emisi, penyerapan karbon, stock karbon dan proses pengukurannya. Harapannya, peserta khususnya dari perwakilan kampung bisa menjaga potensi mangrove.
Langganan:
Komentar (Atom)